Betapa bahagianya bisa menipu teman satu kelas

by - November 14, 2017

Saat sekolah saya dikenal dengan tulisannya yang lumayan bagus untuk ukuran murid lelaki. Konon, kata teman-teman saya bentuk tulisan saya mirip dengan bentuk tulisannya bu Afifi, guru bahasa Jawa sewaktu saya di MI WS Kebonrowopucang.

Saking miripnya tulisan saya dengan beliyo,  saya pernah berhasil menipu teman satu kelas karenanya. Jadi ceritanya....

Suatu hari, sepulang sekolah, saya bersama dua temanku pulang lebih akhir karena harus piket. Jaman itu piket memang harus dikerjakan sepulang sekolah, karena kalau pagi dapat mengganggu udara yang bersih. Selain itu, piket pagi hari juga dapat mengganggu kalau ada PR yang biasanya dikerjakan ramai-ramai di kelas pas pagi-pagi buta.

Saat piket, kami bertiga bagi tugas. Karena saya lelaki saya ditugaskan untuk menaikkan kursi dan menghapus papan. Sementara dua temanku yang semuanya putri itu, mereka bertugas menyapu.

Sebagai lelaki, menaikkan kursi ke atas meja dan menghapus tulisan di papan adalah pekerjaan mudah. Dua tugas mulia ini saya selesaikan dengan cepat dan trengginas.

Saat saya sudah selesai, dua teman perempuanku ini masih sibuk menyapu. Saya ingin pulang, tapi mereka perempuan. Apalagi saat itu sekolahan sudah sepi. Saya pun iba dan muncullah kepedulian saya sebagai lelaki sejati. Saya tidak akan pulang sebelum mereka selesai nyapu.

10 menit kemudian mereka selesai nyapu, saya persilahkan mereka untuk pulang duluan. Otomatis menyisakan saya sendiri di kelas. Saat sendiri itu, saya ingat kalau besok itu ada mapel bahasa jawa yang kebetulan ada PR. Entah kenapa tangan saya langsung mengambil kapur lalu dengan spontan menulis satu kalimat di papan.

~Tugas bahasa jawa harus sudah dikumpulkan hari ini di kantor sebelum doa pagi. Ttd bu Afifi~

Tidak jelas motif saya menuliskan perintah itu apa, iseng saja. Pikirku, nantinya juga diabaikan. Setelahnya saya pulang.

Paginya, saya berangkat seperti biasa. Namun ketika sampai di kelas, suasana mencekam begitu saya rasakan. Semua temanku tak ada satupun yang menyapa bahkan memanggilku. Mereka fokus memegang bolpoin dan buku dan kesana-kemari mencari sesuatu dengan gugup.

Saya bingung melihat situasi menegangkan ini. Saya pun akhirnya bertanya pada salah satu teman yang sedang sibuk itu.

"Lha kok do gugup ki ono opo?"

Temanku langsung mengalihkan perhatiannya dari buku dan memandangku lalu menunjuk kearah depan.

"Lha opo koe ra weruh. Kae delok jal nang blabak. Tugas boso jowo kudu kumpulke yahmene. Koe wis disi urung?"

Seketika, saya langsung mengarahkan pandangan ke depan. Dan saya melihat tulisan saya yang kemarin masih ada.

Saya langsung sadar dan langsung tertawa terpingkal-pingkal. Teman-teman saya sontak memandang saya dan menaruh bingung.

Ketika semua terdiam kebingungan, saya kemudian ngomong dengan kencang dan masih cekikian.

"Weh konco-konco. Tulisan nang blabak kui tulisanku. Aku nulis wingi." Terang saya sambil terus tertawa.

Seketika itu, raut muka teman-teman saya lega, namun juga manyun karena merasa sudah ditipu.

Sementara teman lelaki saya yang lain tampak begitu kesal dan marah.

"Owalah. Anam asu. Asu. Asu og"

Sebentar kemudian, bel doa pagi berbunyi. Semua teman saya kesal. Saya cekikikan bahagia.

Namun setelahnya, semua temanku mengerjaiku balik dengan tidak nuruni saya mengerjakan tugas bahasa jawa.

Nilai saya jelek. Saya sedih. Teman-teman saya bahagia cekikian. Asu og.

Sebuah balasan yang setimpal.

You May Also Like

0 Respon