Iqro'

by - November 13, 2017

Membaca

Rasanya saya belum pernah benar-benar membaca satu buku penuh. Jangankan satu buku, satu bab saja bacanya mencak-mencak.

Saya termasuk orang yang malas membaca. Di sekolahan saya sangat malas membaca, apalagi disuruh mencatat dalam buku.

Kalaupun harus membaca, saya hanya membaca judul serta sub judulnya saja. Kadangkala lebih parah dari itu, saya hanya membaca rangkuman yang biasanya tertera diakhir setiap bab.

Entah kenapa sekarang saya merasa menyesal melewatkan masa-masa itu. Melewatkan buku bacaan itu. Seandainya dulu saya benar-benar membaca, sudah berapa pengetahuan yang bisa saya dapatkan. Pastinya banyak sekali.

Kata orang membaca adalah jendela dunia. Barangkali karena itulah yang saya lihat adalah dunia yang sempit dan memuakkan.

Perpustakaan dulu semasa sekolah hanya saya jadikan sebagai tempat duduk saja, tempat istirahat alih-alih membaca.

Waktu tak bisa lagi diputar. Menghabiskan waktu beberapa tahun di sekolahan tanpa membaca sangatlah sia-sia. Saya ingin mulai membaca. Ingin melihat dunia. Agar pandanganku tak sempit dan tak memuakkan.

Apalagi semenjak saya menyukai menulis dan ingin menjadi menulis. Membaca mutlak saya perlukan.

Saat kualitas tulisan saya semakin ke sini semakin membaik dan sudah bisa dibaca. Saya justru menemukan kekurangan yang kata para penulis sangat penting juga, yaitu membaca.

Hampir semua penulis punya daftar bacaan yang melimpah, sampai menjadi perpustakaan pribadi di rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa membaca sangat penting, terlebih bagi penulis. Sedangkan saya belum apa-apa.

Saya ingin membaca. Sayangnya, saya tidak punya buku satu pun yang bisa saya baca. Apakah saya harus menunggu uang hasil dari menulis kemudian beli buku. Tapi apakah tulisan yang tanpa didasari pengetahuan dari sumber bacaan bisa menghasilkan uang.

You May Also Like

0 Respon