Menulis Bagiku Hal Menantang
Malam ini saya melanjutkan janji saya yang akan menulis satu hari satu tulisan. Rasanya waktu malam saat semua orang sudah terlelap adalah waktu yang bagus untuk menulis bagi saya. Karena sejak pagi tadi, siang, sampai malam jam 10an saya seperti tidak bisa menggerakkan tangan menulis.
Masalah utamanya tentu saja ide. Tapi sampai mau kapan sih hanya mau nunggu datangnya ide. Lebih baik jemput, cari, ya ndak? Nah malam ini ditulisan inilah saya berusaha menjemput ide itu, dengan juga menulis.
Waktu malam itu, waktu yang menurut saya syahdu untuk menulis. Situasi tenang, hawanya adem, sehingga bisa fokus konsentrasi. Sangat jauh beda saat siang, suara motor, tangisan bayi, ibu-ibu ngobrol, semuanya membuat berisik, sangat sulit untuk konsentrasi. Sehingga sulit untuk nulis.
Sebagai calon penulis potensial, banyak kriteria menjadi penulis yang belum saya penuhi. Apa kriterianya, salah satunya mungkin ya... pengalaman. Karena sepengetahuan saya, penulis-penulis yang saya ketahui kisahnya itu, kebanyakan punya keahlian dan latar belakang masing-masing hasil dari menjalani proses kehidupannya.
Bayangkan untuk ukuran saya yang masih sangat pemula ini. Pengalaman apa yang saya punya. Hampir semua yang saya rasakan lempeng-lempeng saja tanpa gronjolan atau kelak-kelok menanjak atau menukik tajam. Sangat tidak artistik sama sekali. Datar.
Makanya menyukai menulis ini adalah tantangan terhebat bagi saya dalam hidup ini. Meskipun pengalaman saya dalam kehidupan ini datar saja, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus menulis. Kenapa saya berani bermimpi menjadi penulis, karena saya yakin saya mampu untuk ini dengan keterbatasan yang saya miliki.
Menyukai menulis rasanya lebih menantang lagi karena saya belum jadi pembaca yang baik. Saya belum pernah membaca karya buku penulis siapapun secara kaffah satu buku. Kan aneh, mau jadi penulis tapi tidak punya bahan bacaan. Bagaimana bisa coba, ya ndak?
Nah, kedepannya, tentu saja saya pingin sekali memperbanyak pengalaman hidup merasakan gronjolan-gronjolan itu. Bagaimana caranya? Satu-satunya cara ya dengan menempa diri sekeras mungkin. Memaksakan diri masuk ke dalam area yang bisa menggembleng saya untuk mencapai itu, mencapai sesuatu yang besar, yang di dalamnya banyak gronjolan sebagai hadangannya. Semakin banyak menjumpai gronjolan semakin banyak berlatih.
Intinya, kesukaan saya terhadap menulis ini sudah bukan hobi lagi, tetapi lebih serius dari itu. Saya tidak main-main untuk urusan ini. Makanya saya akan terus belajar sekeras mungkin dan disiplin. Termasuk dengan usaha menulis ini. Mungkin tidak berguna sekarang. Tapi ini akan jadi bukti dan saksi bahwa saya sedang serius belajar menulis. Saya yakin saya bisa. Suatu saat saya akan jadi penulis beneran. Ini impian saya.
0 Respon