Sepinya pengunjung blog sama dengan latihan menulis.
Selamat malam khalayak sepi. Sebab saya tahu tulisan ini hanya akan dibaca oleh saya sendiri dan tidak bagi orang lain.
Sejauh saya menulis di blog ini, sejauh itulah kekecewaan saya karena tak ada yang membaca. Kalau tidak ada yang membaca, lantas saya nulis itu buat apa. Tentu kan untuk dibaca. Mosok untuk dibully. Ra mashoook.
Saya mengecewakan hal ini, tapi saya juga sadar, blogku ini masih polos, sepolos bayi baru lahir, suci tanpa noda membandel. Padahal untuk menjadi blogger yang shohih, perlu menguasai apa itu SEO, html, css, dan tetek bengek lain selain membuat konten itu sendiri. Tentu saja bagi saya yang belum baligh dalam dunia perblogan, level ini masih jauh untuk digapai seseorang yang masih jilid satu.
Tapi ah... percuma juga saya kecewa. Lha wong Nyatane memang blogger kemarin sore kok. Saya harusnya selow aja ya. Yah hitung-hitung dengan masih sepinya pengunjung blog ini bisa digunakan untuk menulis. Menulis apa saja. Jelek sekalipun. Mumpung masih sepi. (Lho, memangnya nanti bakal ramai?)
Lagipula, ini blog milik saya sendiri, jadi seharusnya terserah saya dong mau ngisi tulisan apa. Bukan, bukan. Ini bukan sebuah keegoisan. Tapi sebuah kemerdekaan bagi sang pemilik blog. Kalau pun egois, egoisnya dari mana? Lha yang mbaca itu saya sendiri kok. Egois matamu.
Memang akhir-akhir ini saya sering somplak semi edan. Setiap mau mposting tulisan ke blog ini selalu aja setan-setan jahat yang membisiku. "Nam... tulisanmu ora apik. Rausah posting. Ngisin-ngisini."
Aneh sekali bukan? Blog yang ndak ada pengunjungnya ini ragu untuk diisi kembali hanya karena takut mengecewakan pembaca karena ndak bagus. Bertambah aneh saat saya memang ndak jadi buat tulisan di blog ini lagi. Sementara, sekali lagi, blog ini sepi. Saya harus mengakui kekalahan sementara 1-0 dari asumsi saya sendiri.
Begini (saya curhat pada diri sendiri). Kalau sampeyan mau tau (sampeyan siapa ya?), saya ini pingin sekali jadi penulis. Yah itu karena asumsi saya menjadi penulis itu keren dan bisa dapat uang dengan mudah. Semoga asumsi kali ini saya tidak salah.
Nah, ditengah sakit saya yang belum kunjung sembuh ini. Apa sih yang paling bisa saya lakukan. Satu-satunya ya menulis. Harapan saya setelah sembuh mampu dapet duit dari menulis ini. Cuma ini yang saya bisa lakukan. Njaet, nyitak boto, dodolan saya tidak bisa. Lebih tepatnya saya ndak mau. Payah je.
Tentunya menjadi penulis ya harus bisa menulis, masak menggambar, masak memasak, kan tidak. Maka itulah hal yang paling penting adalah mengenai kualitas tulisan, yang baik dan yahud. Tulisan saya sekarang ya masih ecek-ecek. Jangankan berbobot, menyelesaikan tulisan sampai jadi saja sudah merupakan prestasi.
Barangkali itulah alasan akhirnya saya mbuat blog ini, untuk latihan menulis saya supaya trafik kepenulisannya menanjak perlahan. Jadi bukan kris jon saja yang bisa menanjak, saya juga bisa. Eh... itu menonjok ding, hehehe.
Sudah terbukti memang makin kesini saya sudah makin bisa menulis. Kalau dulu menulis sampai jadi bisa memerlukan waktu tiga hari, sekarang hanya hitungan jam. Makin lama saya yakin bisa makin mudah dan bisa nyelesein tulisan dalam hitungan menit saja.
Saya pun sudah bisa menulis bercerita sekarang, jauh beda dari yang dulu masih sangat pakem. Lihat saja postingan blog saya pertama kali. Sampeyan akan lihat banyak perubahan dan perkembangannya.
Agaknya, saya itu nggak perlu ngurusi kualitas tulisan dulu deh. Soalnya kalau tiap hari latihan nulis satu tulisan saja, pasti nanti akan berkualitas dengan sendirinya. Bahasa gampange munu, kualitas bakal ngikuti dewe seiring banyaknya jam terbang.
Tapi ngomong-ngomong jam terbang, itu yang akan sulit saya temukan. Yang saya tahu jam itu adanya cuma: jam dinding, jam tangan, dan jamilah kurang sexy. Wah... ternyata gak lucu. Huuuuu.
Saya ndak bisa bayangkan kalau saya serius untuk menulis satu hari satu tulisan di blog ini. Pastinya saya akan berkualitas pada waktunya.
Yah... one day one tulisan. Cocok iki.
0 Respon