Pelajaran dari pengalaman ikut latihan baca puisi yang baik

by - November 22, 2017

Bagaimana membaca puisi dengan baik?

Jujur, saya sendiri belum pernah membaca puisi dengan serius, dengan intonasi naik-turun, mendayu-dayu, ekspresif, ataupun penuh penghayatan. Saya belum pernah.

Namun, gini-gini saya juga pengamat yang baik dalam segala hal, termasuk berpuisi. Memang saya tidak pernah ikut lomba puisi atau semacamnya, tapi saya tahu bagaimana berpuisi yang baik dan benar.

Ilmu ini saya dapatkan ketika menemani teman saya Herni latihan baca puisi untuk lomba. Waktu itu saya dan Herni belajar berpuisi ke guru teater kami, mas Angger Samudra (teater Mustika Budaya Jrebengkembang). Puisi yang kami baca kala itu adalah puisi rubaiyat matahari, karya Jamal D Rahman.

Meskipun saya posisinya hanya menemani, saya mencatat betul apa yang diarahkan mas Angger. Kalau sampeyan mau tau bagaimana mas Angger berbicara, ia seperti sedang mementaskan monolog di atas panggung. Asyik, penuh gestur, dan memukau. Sangat sulit untuk saya tidak memperhatikan bibirnya berbicara.

Setidaknya ada beberapa hal yang penting yang saya tangkap dari belajar puisi siang itu. Agar lebih mudah bacanya, saya urutkan saja dibawah ini.

1. Bedah naskah puisi

Ini yang sangat pertama dilakukan, mengamati maksud dari puisi itu. Apakah ungkapan sedih, marah, atau apa. Dengan memperhatikan tiap baris puisi, akan bisa dikantongi bagaimana nanti membawakannya. Ini masuknya ke penjiwaan. Berkaitan dengan intonasi suara, tinggi-rendah nada, irama, mana jeda, mana penekanan, bagaimana menutupnya, bagaimana perpindahan emosinya dan sebagainya. Bedah dulu.

Baru setelah itu masuk tahap selanjutnya.

2. Latihan

Jika mengamati sudah, maka selanjutnya membacakan puisinya dengan data-data tadi. Latihan ini mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa tinggi hasilnya. Apakah sudah pas atau belum. Kalau sudah syukur, kalau belum ya latihan lagi. Latihan disini mencakup semuanya; suara, artikulasi, ritme, irama, dan seterusnya.

Dalam kesempatan itu, mas Angger juga memberi trik berpuisi. Pertama, membaca puisi itu suaranya harus besar, bulet, meyakinkan. Ini jelas paling penting karena teman saya Herni dikenal dengan suaranya yang cempreng. Menurutnya, kemungkinan menang sangat kecil kalau pakai suara kecil.

Nah, untuk melatih suara, mas Angger nyaranin untuk bersuara besar sehari-hari. Saya bingung suara besar itu yang seperti apa. Kemudian beliyo mencontohkan, dan ternyata suaranya seperti orang yang menakut-nakuti. Trik ini menurut pengakuan beliyo juga sudah pernah dilakuannya, di rumah lagi, minta uang sama ibunya pun pake suara besar menakutkan itu.

Kemudian, beliyo juga meyarankan untuk selalu mengamati kejadian di sekitar, observasi. Karena puisi itu bahasa pengungkapan, jadi tidak jauh dari rasa. Dan puisi, adalah kehidupan itu sendiri.

Intonasi dan ritme dalam membaca puisi bisa diambil dengan melihat dan mengamati kejadian yang terjadi di sekitar. Mengamati seorang anak minta dibelikan mainan, misalnya. Perhatikan bagaimana tangisan dan nada bicaranya kepada ibunya.

Membaca puisi itu sebenarnya mudah, karena kita sudah melakukannya tiap hari tanpa kita sadari. Marah, nangis, nyindir, nyinyir, dan seterusnya.

Pada kesempatan itu, beliyo juga mencontohkan bagaimana ia baca puisi. Jujur, itu pertama kali saya melihat orang membaca puisi dengan sangat bagus. 100 untuk guruku, mas Angger.

Pada siang itu, juga hadir mengamati proses latihan ini, mas Utit, guru bahasa Indonesia. Yang diam-diam mengamati betul paparan mas Angger, lalu mengajarkannya kembali pada anak didiknya yang juga ikut lomba. Hingga endingnya, justru anak didiknya mas Utitlah yang dapat juara. Herni tidak. Bedebah.

Demikian trik berpuisi yang baik dan benar. Semoga kita selalu dalam jalur yang baik dan benar.

Oh ya. Ilmu diatas hanya tangkapan saya terhadap apa yang diucapkan mas Angger. Kalau umpama ada yang keliru atau salah, ya maaf. Itu yang saya tangkap. Kalau umpama mas Angger melihat tulisan ini dan tidak setuju, ya sah saja. Murni berarti kesalahan saya. Tapi, memangnya mas Angger berani menyalahkan saya? Pasti tidak, hehe. Btw saya kangen beliyo ini.

You May Also Like

0 Respon