Alasan kenapa mendoan wo Yatin begitu melegenda bagi alumnus MA NU Karangdadap

by - November 22, 2017

MENDOAN

Sewaktu saya masih bersekolah di MA NU Karangdadap dan mungkin sampai sekarang, mendoan masih jadi primadona hampir seluruh siswa-siswi. Setiap istirahat pertama maupun kedua, wojo penggorengan wo Yatin selalu dikelilingi manusia-manusia kelaparan. Belum sah rasanya menjadi siswa MA NU kalau belum mencicipi mendoannya wo Yatin yang melegenda itu.

Mendoan, gorengan tempe yang setengah matang ini, hampir disukai banyak orang karena cocok dengan lidah kita, lidah-lidah wong ndeso. Teksturnya yang mbel-mbel dan sajiannya yang tentu saja masih hangat, membuat siapa saja tidak bisa menahan nafsunya untuk melahap. Apalagi jika datang hujan dengan penuh kenangannya.

Dalam penyajiannya, setiap siswa punya selera berbeda untuk meracik menunya. Kalo saya selalu memakan mendoan ditambahi krupuk pedas dan tidak pake caos. Beda dengan kebanyakan teman saya, mereka biasanya makan mendoannya saja tanpa imbuhan menu, tapi dengan caos yang banyak dan menjadi seperti kuah. Ada juga yang ditaburi irisan lombok. Bervariasi.

Banyak hal yang menjadi alasan kenapa makanan ini menjadi primadona di sekolahan ini. Pertama, harganya yang begitu minimalis, hanya 500 rupiah. Sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengamalkan dasa darma nomer 7: hemat, cermat, dan bersahaja. Dengan ini membeli mendoan berarti juga menghayati dasadarma pramuka. Begitulah pikirku sebagai mantan pradana salahuddin al ayyubi.

Saya sendiri, jika uang sudah menipis, saya selalu membelinya untuk mendoan. Saya membelinya selalu istirahat kedua saat siang, kalo istirahat pertama, perut saya masih terasa kenyang karena sudah sarapan dari rumah.

Sendainya saya lupa bawa uang, atau uang habis sekalipun, saya sampai ngutang untuk bisa merasakan mendoan ini. Utang temen seribu saja itu sudah dapat dua lembar dan sangat mengenyangkan untuk ukuran perut saya. Untuk minumnya, saya bisa dapatkan cuma-cuma di dapur sekolahan, meski hanya air putih sangit. Yang penting kan perut kenyang hati senang.

Namun begitu, meskipun murah, tapi sebenarnya mendoan ini secara hitung-hitungan tenaga, sangat merugikan wo Yatin. Lha bagaimana tidak, setiap beli mendoan, meskipun satu lembar, wadahnya pasti pake piring. Bayangkan kalo sehari ada 50 pembeli mendoan, berarti ada 50 piring yang musti dicuci. Ya gak? Iya kan. Kasihan.

Alasan kedua, karena makanan ini mengenyangkan. Bayangkan dengan membeli 2 lembar mendoan saja sudah mampu memenuhi perut yang dari tadi kosong selama pelajaran berlangsung. Sehingga menutup peluang jajan lagi. Pengeluaran terkendali. Kurva stabil.

Mendoan ini juga yang menjadi penolong bagi siswa yang akan les siang. Disaat uang sudah habis, perut krucuk-krucuk, mata sayu, bibir pecah-pecah, kepala pening, dan tak kuat menerima materi lagi, mendoan hadir menjawab segala keluh kesah itu.

Alasan ketiga kenapa mendoan ini fenomenal adalah karena mendoan ini mampu melahirkan momen yang tak mudah dilupakan. Menyantap mendoan biasanya dilakukan ramai-ramai sambil ngobrol. Tak khayal dari ngobrol ini banyak hal bisa didapatkan: pertukaran informasi, sampai ngglendengi siswa lain. Sehingga setelah selesai menyomot makanan ini, banyak kisah terjadi: pertengkaran, pengkhianatan, sampai percintaan. Mendoan ini banyak melahirkan kenangan.

Keistimewaan mendoan wo Yatin ini hanya bisa dijelaskan oleh mereka yang pernah merasakannya, lengkap dengan kisah yang dibawa dan tertinggal di piring. Saya salah satu yang paham kenapa mendoan ini sangat melegenda, khususnya bagi alumni MA NU. Dari mendoan saya menciptakan kenangan yang begitu syahdu: kelakar dengan teman. Dan itu yang saya tidak rasakan sekarang.

Kalau ada yang tanya padaku apa yang paling berkesan dari MA NU. jawab saja, "MENDOAN."

You May Also Like

1 Respon

  1. terimakasih atas informasinya dan jangan lupa kunjungi kami di http://blackwaletfacialsoap.com/sabun-jerawat/

    BalasHapus