Sensasi main bola di ngepringan

by - November 01, 2017

Tiba-tiba, malam ini saya teringat sebuah kenangan masa lalu. Bukan tentang mantan atau rambut dicukur karena bolos. Namun teringat mengenai sebuah permainan yang melegenda dan pasti disukai semua laki-laki, yaitu main bola. Teringat betul seringnya saya main bola dengan teman-teman setiap pulang sekolah dan setiap jumat pagi. Aduhai senangnya waktu itu.

Dulu itu, saya dan teman-teman sering main bola ditempat yang bentuknya seperti stadion beneran, terdapat sesuatu yang mengelilingi lapangan, tapi bukan tribun penonton, melainkan segerombolan bambu di samping kanan kiri lapangan yang ujung-ujungnya melengkung sehingga berbentuk menyerupai payung. Yak benar, tempat itu adalah ngepringan.

Main bola di ngepringan punya sensasi berbeda dibanding main bola di Santiago Bernabeu. Sangat jauh berbeda. Pertama, di ngepringan suasananya adem, teduh, dan dekat dengan alam. Suasana inilah yang membuat main bola bukan hanya sekedar kegiatan mencari keringat, namun lebih dari itu, mampu mendekatkan pemain dengan lingkungan dan alam sekitar. Disinilah olahraga  dan alam menyatu dan mengajarkan kepada kita bahwa, tubuh sehat tidak akan ada artinya jika tidak punya kesadaran dan kedekatan dengan lingkungan. Main bola di ngepringan  inilah mencakup dua unsur penting yang dibutuhkan manusia. Alangkah berfaedahnya main bola di ngepringan.

Kedua, main bola di ngepringan dapat meningkatkan kelincahan skill individu pemain. Kenapa? Karena di ngepringan itu tempat bersarangnya nyamuk. Pemain dituntut untuk bergerak sesering mungkin supaya tidak digigit nyamuk. Karena sebentar saja tidak bergerak, nyamuk langsung tanpa ampun menyerang. Tapi hal ini tentu tidak berlaku pada kiper yang notabennya tidak banyak gerak. Saya sendiri sesekali pernah menjadi kiper, tapi saya langsung minta ganti, sebab tubuhku sudah jentol semua. Tempat ini memang bukan tempat yang asyik bagi kiper, kecuali memang sebelumnya sudah pakai lavenda, atau soffel rasa jeruk. Sayangnya, sepak bola sekelas kami belum mampu menggaet hati sponsor. Jadi kami melarang pemain untuk membawa iklan apapun, termasuk lavenda.

Sensasi berbeda yang ketiga adalah emosi yang harus dikontrol untuk tidak menendang keras-keras namun tetap bisa masuk menjadi gol. Karena kalau nendangnya keras, bola bisa masuk diantara sela-sela bambu yang tentunya sulit dikeluarkan. Pertandingan bisa bubar.

Sensasi selanjutnya berkaitan dengan jalannya permainan. Ngepringan tentu tak seluas lapangan bola seumumnya, hanya sepetak tanah secuil saja. Karena sempit itulah menimbulkan kesan meriah dan ramai, tapi terkadang muncul makian karena tak ada wasit. Tapi, disitulah asyiknya. Gawangnya juga masih dibuat manual dengan menaruh batu atau sandal sebagai tiangnya. Dan gol tidaknya suatu tendangan ditentukan dengan postur tubuh si kiper, semakin pendek kipernya semakin beruntunglah tim itu.  Selain itu, bola yang digunakan adalah bola plastik. Jadi kejadian tak terduga sangat mungkin terjadi. Bola bisa pecah karena ampret-ampretan, mleot karena terinjak, ataupun temangsang di pucuk pohon yang tinggi nun jauh.

Ya... itulah sensasi asyiknya main bola di ngepringan. Sebuah kebahagian murah meriah. Dan katanya, main bola di ngepringan adalah tanda kekaffahan pemain bola. Belum disebut pemain sejati kalau belum merasakan sensasi main di tempat ini.

Ngepringan adalah sebuah tempat kenangan yang sulit dilupakan, bagi saya, teman-teman, terutama para kiper, yang bukannya menangkap bola, malah menangkap nyamuk. Hap...

Ngepringan adalah mantan. Adalah kenangan, yang meskipun sudah berlalu, namun selalu teringat dalam hati. Kaya kamu... iya... kamu. Kamu mau mas?

You May Also Like

1 Respon