• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy

 


Beberapa waktu lalu publik ramai menyikapi pernyataan Pak Jokowi mengenai kriteria pemimpin yang memikirkan rakyat. Hal ini diutarakan mengingat Indonesia akan menuju kontestasi pemilihan presiden 2024.

Di hadapan relawannya di GBK,  Pak Jokowi mengungkapkan, ciri-ciri pemimpin yang memikirkan rakyat yaitu memiliki keriput di wajah dan rambutnya yang putih.

"Kalau wajah cling dan bersih, tidak ada kerutan di wajah, hati-hati. Lihat rambutnya, kalau putih semua, ini mikirin rakyat ini," kata Pak Jokowi disusul riuh tepuk tangan relawan yang memadati stadion GBK.

Sekalipun tidak menyebutkan nama tokoh, pernyataan Pak Jokowi ini memunculkan banyak komentar dari masyarakat.

Ada yang mengatakan, yang dimaksud pak Jokowi adalah gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Lucunya, pak Ganjar seakan menepis anggapan itu. Dalam postingan terbarunya, pak Ganjar memosting gaya rambutnya kini yang full hitam, wajahnya juga tampak mulus dan glowing. Ini jauh dari penampilan pak Ganjar sebelumnya, yang begitu ikonik dengan rambut full putih. Ada-ada saja pak gubernurku satu ini.

Di hadapan lawan politiknya, pernyataan pak Jokowi bahwa pemimpin yang memikirkan rakyat memiliki rambut warna putih ini menjadi bahan yang empuk untuk dikuliti habis. Pasalnya, lho, pak Jokowi kan rambutnya hitam, apakah selama ini pak Jokowi tidak memikirkan rakyat. Begitu penafsiran mereka.

Tapi ada yang lebih lucu dari respon-respon di atas. Jika pemimpin yang memikirkan rakyat dicirikan dengan putih rambut, apa kabar dengan pak Soeharto?

Terlepas dari itu semua, pak Jokowi agaknya sedang menyindir saya soal rambut putih. Pasalnya, di usia saya yang masih terbilang muda, 23 tahun, saya sudah memiliki beberapa helai rambut putih di kepala. Saya tidak tahu apakah saya punya potensi memikirkan rakyat atau memang ada kelainan pada genetik rambut saya.

Saya sudah ubanan sejak kecil. Seingat saya, SMP saja sudah ada rambut putih. Saya masih ingat sekali setiap istirahat maupun jam kosong, saya selalu meminta kawan-kawan saya untuk mencabutnya sambil rebahan di mushola sekolah.

Hingga saat ini. Saya masih punya rambut putih di kepala. Kalau terlihat sudah begitu mencolok, kadang saya menyemir hitam. Tapi lebih sering tidak. Teman-teman saya tahu hal ini. Saya sendiri tidak ada masalah.

Tapi pernyataan pak Jokowi soal rambut putih jadi membuat saya muncul optimis lho. Mungkin kelak saya akan menjadi pemimpin yang memikirkan rakyat, pikirku. Tapi bisa juga sebaliknya, mungkin juga saya yang menjadi pikiran pemimpin kelak. Kok ada rakyat yang seperti saya?

Share
Tweet
Pin
Share
1 Respon

 


Usia saya 23 tahun, memiliki tinggi sepanjang 175 cm, dan berat sekitar 50 kg. Secara matematika BMI, saya tergolong kurus dengan nilai BMI 16,3. Untuk mencapai berat badan yang normal yang sesuai dengan tinggi badan, setidaknya saya perlu menaikkan 6 kilo lagi untuk mencapai batas minimal dikatakan normal, yakni dengan nilai BMI 18,6.

Sejak dulu, saya memang kurus. Ketika SMP-SMA, berat badan saya hanya berkisar di angka 45 kilo. Kurus sekali, bukan. Karena itulah saya selalu kesulitan untuk menemukan pakaian yang pas. Ibaratnya, saya perlu dua ukuran untuk dikatakan pas. Ukuran M untuk badan, dan ukuran L untuk panjang tangan. Tapi tidak ada yang bisa begitu. Tidak heran kalau saya selalu memenuhi ukuran yang pas dengan tangan dulu meski di badan akan terlihat cukup besar.

Menaikkan berat badan selalu menjadi hal yang saya tulis dalam target tahunan maupun pergantian usia. Sejauh perjalanan saya sampai saat ini, jelas sekali bahwa saya gagal total melakukannya. Berat saya masih sama, tak kunjung bertambah sekalipun satu kilo.

Jangan kira saya tidak pernah berusaha. Saya sudah melakukan percobaan beberapa kali. Hanya saja, saya memang tidak tekun sehingga percobaannya bubar begitu saja.

Misalnya olahraga. Pada tempo waktu tertentu, saya pernah melakukan serangkaian angkat beban setiap pagi. Berbekal dari install aplikasi angkat beban tanpa alat, saya mempraktikkannya mulai dari push up, sit up, dan banyak gerakan yang berat lain. Ketika saya melakukan itu selama beberapa hari berturut-turut, saya merasa yakin sekali bisa menambah berat badan. Saya membayangkan, kalau hal ini saya lakukan terus sampai tiga bulan misalnya, saya pasti mencapai target dan memiliki tubuh proporsional. Sialnya, tidak tahu kenapa, perlahan saya jarang melakukannya dan lupa sama sekali.

Banyak yang mengatakan, kalau mau gemuk, banyak makan. Ini juga yang menjadi tantangan berat. Sebetulnya, sesi makan saya sama seperti yang lain, yakni tiga kali sehari. Yang menjadi pembeda mungkin porsinya. Sejak kecil, porsi makan saya sedikit sekali. Apalagi kalau sarapan, saya hanya memakan beberapa suap saja. Setiap kali saya menambah porsi makan seperti teman-teman saya yang banyak sekali itu, saya selalu gagal untuk menghabiskannya. Tidak tahu, rasanya tidak bisa saja.

Atau mungkin, saya perlu alasan dulu untuk bisa makan banyak. Kelelahan, ya kelelahan. Kalau sudah lelah, bisa makan banyak. Dan kembali, lelah yang baik adalah angkat beban. Angkat beban agar saya merasa lapar sehingga saya bisa makan banyak. Kombinasi yang cocok. Apakah saya perlu mencobanya sekali lagi. Saya butuh 6 kilo untuk mencapai batas normal berat badan.

Tapi sebetulnya, cara menambah berat badan yang worth it itu bagaimana sih. Untuk itu, penting untuk melihat pendapat dari ahlinya ahli. Kali ini adalah Ade Rai.  Sebentar, saya mau nonton YouTube-nya dulu.

Cara menambah berat badan yang baik, menurut Ade Rai.

Untuk menaikkan berat badan, yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan tubuh. Keseimbangan tubuh meliputi otot, lemak, cairan, organ, dan tulang.

Yang paling penting kata Ade Rai adalah melatih otot. Caranya dengan angkat beban.

Sebenarnya banyak hal yang diutarakan Ade Rai, namun karena saya takut salah menjabarkan, lebih baik saya kasih link saja. Silahkan ditonton sendiri.

https://youtu.be/MmzooBqVs3w




Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Apa yang terjadi seandainya kamu menganggur dan tidak tahu harus melakukan apa. Sementara yang ada hanya dua buku yang belum selesai dibaca dan laptop yang sekrupnya sedang hilang dua. Aku berada dalam kebingungan itu.

Dua minggu aku menganggur. Untungnya, aku cukup tahan untuk bisa membaca satu buku setebal 800 halaman. Sisanya, aku menulis melalui laptop. Sayangnya, setelah mengetahui bahwa sekrup laptop hilang dua, aku menunda untuk membuka laptop sampai aku menempelkan sekrup baru. Jadilah aku full membaca.

Dalam masa menganggur ini, aku hanya di rumah. Tak sekalipun keluar. Tak sekalipun melihat dunia luar. Aku kuat berada dalam kamar 24 jam. Bahkan mungkin aku bisa kuat dua bulan hanya di kamar.

Aku tidak mengerti apakah memang begini jalan hidupku. Maksudku, aku tahu kerjaanku sejak dulu tidak pernah ramai, tapi aku menerima begitu saja jalannya. Padahal aku tahu, aku bisa lebih dari apa yang aku lakukan sekarang. Entah dalam hal apapun, andai aku mau.

Aku mau. Tapi motorku hilang. Aku kehilangan satu senjata untuk bergerak. Itu kendala. Sehingga mau tak mau, aku masih bertahan. Sebetulnya ada sebagian diriku yang bergejolak untuk keluar dari tekanan ini. Aku ingin meraih kebebasanku. Aku ingin memilih sendiri jalan hidupku.

Untuk saat ini, jawabnya adalah menulis. Aku ingin menjadi penulis. Untuk saat ini, itulah satu-satunya kemampuan yang aku miliki. Dengan segala kekurangan yang ada dalam kemampuan ini, aku harus kembali belajar dan percaya diri dengan kepenulisanku.

Mau apa lagi. Mau bertahan dengan motong? Tidak menjamin. Satu, karena aku tidak suka. Dua, itu di luar kontrolku. Segalanya dikontrol oleh bosku. Berapa banyak bahan yang bisa aku potong, tergantung bosku. Bos juga tergantung dengan pasar. Jadilah satu orang dengan satu orang lain menjadi bergantung. Ini tidak sehat untuk kelancaran finansial diri sendiri. Aku harus mencari jalan lain.

Dan kenapa aku memilih menjadi penulis, karena aku cinta dan semuanya di bawah kendaliku. Aku mau menulis apa, menulis kapan, seberapa banyak, itu semua terserahku. Aku bisa memperjuangkan sendiri kemampuan ini. Tidak ada yang akan menyuruhku. Tidak ada yang membuatku jadi budak. Menulis membuatku merdeka. Menulis membuatku berdaya.

Yang aku inginkan tentu saja bagaimana agar aku bisa menulis puluhan ribu kata dalam sehari. Menulis beberapa artikel yang belum pernah aku tulis. Atau membuat cerita pendek seperti para penulis kesukaanku. Ada banyak pilihan untuk aku menulis apa.

Dan karena aku menganggur, seharusnya aku bisa menulis setiap saat. Tapi ini yang belum aku bisa. Aku ingin menulis setiap saat, tetapi aku lebih sering kebingungan untuk menulis apa lagi. Aku sedang berpikir, apakah aku harus keluar dari cara kebiasaan menulisku selama ini.

Ya. Mungkin aku perlu merubah sedikit strategi itu. Aku akan mencoba keluar dari cara menulisku. Selama ini, aku menulis apa yang aku pikirkan saja. Termasuk tulisan semacam ini. Untuk menulis begini, biasanya aku menunggu bingung dulu.

Sebagai penulis, aku perlu banyak variasi menulis. Aku harus menjemput ide. Ibaratnya, aku harus menjemput bola daripada hanya menunggu diberi umpan. Aku menentukan dulu hal apa yang ingin aku tulis tentang tema tertentu. Jika sudah, aku bisa eksplorasi tulisan dari sana.

Ini kelihatannya menyenangkan. Aku tidak sabar untuk menulis banyak jenis tulisan. Tidak sabar untuk memiliki kesibukan baru dengan mencari referensi tulisan. Tidak sabar menulis artikel apapun di blog pribadi. Pokoknya aku tidak sabar bergelut dengan tulis menulis.

Ini sudah tahun kelima sejak pertama kali aku menulis--kalau tidak salah. Akan biasa-biasa saja kalau tidak ada gebrakan yang bombastis. Aku harus menunjukkan progres dan proses yang meningkat. Sudah waktunya kemampuan menulis ini muncul dipermukaan. Orang-orang harus tahu kalau aku penulis. Penulis yang hidup dari menulis. Penulis yang kaya dari karya.

Kapan lagi. Kapan lagi dalam hidupku aku punya ambisi besar akan sesuatu. Hanya kali ini. Dan hanya kepada menulis. Sebelumnya, aku tidak pernah tahu aku ingin jadi apa dan aku bisa apa.

Sudah waktunya. Sudah waktunya aku berdiri di atas kaki sendiri dengan kemampuan menulisku. Aku ingin berproses dengan pilihanku sendiri. Terseok-seok di atas pilihanku sendiri. Keras kepala dengan pilihanku sendiri.

Tidak pernah dalam 23 tahun hidupkan, aku punya semangat dan ambisi besar semacam ini. Aku mengapresiasi diriku sendiri saat ini.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Sebagai pendukung Argentina, pertandingan melawan Mexico begitu saya nanti-nanti. Sialnya, pertandingan dihelat jam 2 dini hari. Agak tidak percaya apakah saya masih bisa menontonnya atau akan kelewat tidur.

Sambil menunggu pertandingan Argentina melawan Mexico, saya menonton dulu pertandingan sebelum itu antara Prancis melawan Denmark. Pertandingan berjalan seru dengan kemenangan Prancis 2-1 dengan dua gol dari bos kecil PSG, Keylian Mbappe. Sekaligus memastikan Prancis sebagai negara pertama yang memastikan diri lolos 16 besar. Semoga Argentina bisa menciptakan asa untuk menyusul Prancis.

Argentina kali ini pasti akan main habis-habisan setelah pada pertandingan pertama kalah dari Arab Saudi. Messi harus menang untuk menjaga asa lolos ke babak berikutnya. Kemenangan itu mutlak diperlukan karena nasib berikutnya bisa dalam kendali Argentina sendiri, dengan harus menang.

Secara hitung-hitungan di atas kertas tentu Argentina lebih dijagokan. Bukan apa-apa, Mexico kalau dilihat-lihat tidak ada pemain bintangnya. Tapi ya, tidak bakal semudah itu, Ferguso. Ingat Arab Saudi. Oiya, di pertandingan kedua, negara yang mengalahkan Messi dkk itu justru kalah dari Polandia 2-1. Menjadikan grub C makin ketat saja.

Pertandingan yang saya tunggu-tunggu itu akhirnya mulai juga. Argentina dengan Lionel Messi sebagai kapten, menurunkan Lauro Martinez di ujung tombak. Saya menyanyangkan kenapa pelatih kenapa belum mau menurunkan Dybala.

Di menit-menit awal, mata saya mulai goyah. Beberapa kali saya terlelap dan berusaha menyadarkan diri untuk tetap berusaha menonton. Sudah dibela-belain mata melek, sayangnya, permainan Argentina tidak jelas. Rasanya sulit sekali membangun serangan dan menembus pertahanan. Saya jadi mengantuk lagi dan akhirnya terlelap.

Bangun-bangun, saya sudah mendengar adzan berkumandang dari mushola. Pada saat bersamaan, saya menyadari tv menyala. Dan ketika saya lihat, skor sudah 2-0 untuk Argentina dengan menit yang sudah begitu senja. Itu artinya, saya sudah tidur sejam lebih.

Melihat Argentina menang, hatiku sudah cukup tenang. Jadi, tidak perlu-perlu amat ditunggu. Saya langsung mematikan tv dan beranjak ambil air wudhu untuk sholat. Masya Allah.

Paginya, saya menonton hilight pertandingan di YouTube. Babak pertama memang Argentina sangat kesulitan menembus bek pertahanan lawan. Tapi di babak kedua, permainan mulai membaik.

Lionel Messi berhasil mencetak gol pertama pada menit 64 dengan tendangan datarnya dari jarak jauh yang mengarah ke kanan gawang. Tangan kiper Mexico, tidak cukup panjang untuk menepis tendangan sang mega bintang itu. Skor 1-0.

Menit 87, Argentina menambah keunggulan. Kali ini melalui tendangan melintir Enzo Fernandes. Gol bermula dari sepak pojok. De Paul umpan pendek kepada Lionel Messi, Messi umpan ke Fernandez, Fernandez masuk ke kotak pinalti, mengecoh satu pemain dengan kontrol bola kaki kanan luar, dan lalu menendang menggunakan kaki dalam. Bola melintas dengan ketinggian yang presisi dan melengkung indah melewati dua pemain dan kiper. 2-0 untuk Argentina sampai pertandingan selesai.

Dengan begitu, Argentina kini menduduki peringkat 2 klasmen dengan poin 3, menyamai poin Arab Saudi dan unggul agregat gol. Sementara Polandia dan Mexico, masing-masing menduduki posisi teratas dan terbawah dengan poin 4 dan 1.

Pada laga terakhir grub C, Argentina akan melawan Polandia. Secara hitung-hitungan, Argentina bisa lolos jika memenangkan laga. Jika imbang, nasib Argentina akan bergantung pada laga lain. Syaratnya, Arab Saudi tidak boleh menang. Tapi jika Mexico yang menang, tinggal kita lihat siapa yang punya agregat gol lebih bagus. Jika Argentina imbang, jangan sampai Mexico menang lebih dari tiga gol.

Apapun yang terjadi, ini menarik. Sangat menarik.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Piala Dunia edisi 2022 Qatar ini saya menjagokan Argentina. Dalam pengamatan minimalis saya, Argentina akan menjuarai Piala Dunia 2022 meski dengan perjuangan yang sangat sulit. Pendapat saya berkiblat pada penampilan mereka pada 2014 lalu di mana mereka melaju dengan agak kurang meyakinkan sampai final sebelum harus mengakui kedigdayaan Jerman.

Alasan saya menjagokan Argentina tidak lain dan tidak bukan karena sang mega bintang, Lionel Messi. Hanya itu alasannya. Bahkan seandainya Messi orang Maroko, saya juga akan menjagokan Maroko.

Konon, penampilan Messi pada Piala Dunia tahun ini akan menjadi penampilan terakhirnya. Maka, menjagokan Argentina dengan sisa ke-maha-mega-bintangan Messi sangat beralasan. Sudah waktunya pencapaian itu disempurnakan dengan gelar Piala Dunia. Tentu ada juga Cristiano Ronaldo bersama Portugal yang membawa ambisi sama.

Seperti yang saya duga sebelumnya, Argentina akan cukup berat untuk melangkah pada Piala Dunia ini. Beberapa jam lalu Argentina melakoni laga pembuka pada Piala Dunia melawan Arab Saudi. Argentina kalah 2-1 dari negara timur tengah itu.

Sebenarnya penampilan Messi Cs dkk tidak terlalu buruk. Pada babak pertama, kalau tidak salah, mereka mencetak 5 gol. Sayangnya, 4 gol dianulir wasit dan VAR karena offside. Saya menonton itu tentu saja kesal, VAR sudah menghilangkan sisi kemanusiaan sepak bola.

Babak pertama membuktikan, pertandingan yang sedikit-sedikit ngutip pendapat VAR, menjadikan pertandingan menjadi badmood untuk ditonton. Bayangkan, tiupan peluit itu nyaris terdengar setiap menit. Pertandingan menjadi banyak jeda sehingga intensitasnya kemudian menjadi melambat. Argentina akhirnya hanya mencetak satu gol, itupun dari titik putih. Pencetaknya siapa lagi kalau bukan Lionel Messi.

Saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya dalam 20 menit awal babak kedua. Karena memang bertepatan dengan waktu Maghrib sehingga sudah barang pasti saya Maghriban. Tau-tau ketika buka tv, skor sudah berubah menjadi 2-1. Argentina kalah.

Yang selanjutnya saya lihat justru formasi yang berbeda dari kedua tim. Arab Saudi tampak menumpuk pemainnya di belakang. Mungkin karena itu, bola-bola terobosan seperti babak pertama tidak terlihat lagi. Messi juga tidak tersuplay bola seperti sebelumnya. Argentina kesulitan menembus pertahanan Arab Saudi. Tendangan dan sundulan juga mentah dihadapan kiper Arab Saudi. Hingga peluit pun berbunyi tanda selesai, Argentina gagal menyamakan kedudukan.

Seperti yang saya duga, Argentina bakal terseok-seok lebih dulu. Tapi sih saya yakin, dua pertandingan berikutnya Argentina akan menyapu bersih kemenangan saat melawan Mexico maupun Polandia.

Saya yakin sih Argentina bisa angkat piala. Misalpun tidak, ya tidak apa-apa juga. Wong tidak membuat saya kaya juga.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon


Seharian ini saya baru saja melakukan perjalanan kunjungan ke dua PO Bus untuk agenda ziarah IPNU IPPNU Kebonrowopucang yang rencananya akan dilaksanakan Januari nanti. Untuk beberapa tahun terakhir ketika IPNU ndue gawe, biasanya kami menyewa bus Abisayta. Bus junjungan yang mulia: saudara Eko. Seperti yang kita tahu, Eko dan Abisatya sudah tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Untuk tahun ini, kami ingin menyicipi berpergian dengan bus yang berbeda. Rasa-rasanya kok mosok dari dulu naiknya samaaa terus. Kami juga ingin sensasi yang lain dari biasanya. Mbok ya kolo-kolo, kita juga ingin menikmati bus yang harganya normal seperti umumnya, bahkan lebih mahal sedikit. Maklum, bersama Abisatyanya Eko, biasanya kami dapat cashback yang lumayan.

Tujuan pertama kami adalah PO Bus Persada. Untuk ke sana, kami perlu menyediakan waktu khusus di hari ini. Tentu saja begitu karena kantor dan garasi PO Bus Persada, terletak sangat jauh dari tempat tinggal kami. PO Bus Persada berada di Limpung, Kabupaten Batang. Sebetulnya ada kantor agennya di kawasan Setono, namun kami ingin melihat secara langsung kemegahan bus-bus Persada.

Semalam, kami janjian berangkat jam 10 pagi dengan tambahan sekalian ziarah ke makam salah seorang ulama di Kendal. Namun saat jam 10 pagi tiba, ketika saya melihat kapan terakhir kali Whatsapp mereka aktif, sudah dipastikan, Eko, Narul, dan Zilin belum bangun. Hal itu membuat saya menghubungi mereka satu per satu. Tidak ada yang menyahut kecuali Narul. Itupun melalui pesan singkat. Katanya, sidone sopo wae? Aku pak solat sik. Sungguh, kata “pak solat sik” membuat saya bertanya-tanya, solat apakah gerangan? Agak mustahil untuk mengatakan yang dilakukannya adalah solat dhuha.

Pukul 10.30, saya terpaksa ke rumahnya Eko. Manusia satu ini memang perlu di-pukpuk yang kencang agar bisa bangun. Dan benar saja, ketika saya ke sana ia sedang molor, satu tendangan di bokongnya sudah cukup untuk membuatnya tersadar. Hanya tersadar, belum bangun. Ia baru mengabari saya sejam kemudian. Luar biasa.

Ketika Narul sudah berdandan rapi—meskipun tampilannya selalu sama—Zilin gantian mengabari, ia bilang tidak bisa. Oke, artinya hanya ada 3 orang dan 1 motor. Narul bilang motornya akan dibawa bapaknya. Otomatis, kami butuh 1 orang beserta motornya. Hal yang terlintas pertama kali dalam benak kami adalah Caming, si manusia gembul yang kocak. Ketika dihubungi, ia sedang di Kuripan dan segera pulang begitu kami beri maksud.

Janjian jam 10, kami baru berangkat jam 12.30. Kami melintasi jalanan Pantura yang ramai dengan bayang-bayang mendung. Beruntungnya, hanya ada gerimis yang tidak konsisten dalam tempo waktu tertentu. Selebihnya, aman tanpa hujan.

Memasuki Limpung, kami sempat kelimpungan mencari di mana tempat PO Persada. Saya sempat mengecek Google Map, katanya kurang lebih 3 menit lagi kami akan sampai. Sialnya, hape saya mendadak mati sebelum mengecek arah petunjuk jalan. Akhirnya kami menyusuri jalanan dengan berusaha melihat barangkali ada baliho atau papan nama PO Persada. Nihil, kami tidak menjumpainya sampai Alun-alun Limpung. Di saat bersamaan, Alun-alun Limpung sedang ramai karena ada pelepasan jamaah umroh. Saya yang berboncengan dengan Eko, kehilangan jejak dengan Narul dan Caming, yang kemudian kami temukan mereka berdua sedang ngetem di warung kecil.

Berbekal tanya dan mengecek sekali lagi google map melalui hapenya Eko, akhirnya kami mengetahui ancer-ancer tempatnya. Seperti yang saya duga, tempatnya kelewat jauh. Padahal jika dari Pantura, hanya masuk sedikit lagi.



Kami akhirnya tiba di kantor PO Bus Persada. Ada belasan bus yang terpakir di sana. Bus-bus yang semuanya berseragam merah. Dari belasan itu, 4 bus merupakan keluaran terbaru. Bus yang baru inilah yang kata Eko patut untuk kita coba.

Berlanjut tanya-tanya harga dan lain sebagainya, kami menghadap ke ruangan kantornya.

 

Setelah mengantongi harga bus Persada, kami berlanjut survey ke Gapuro, tempat PO Bus Muda Perkasa berada. Ketika tibanya di sana, kantor sudah tutup. Tapi kami tetap masuk untuk melihat bus MP yang baru. Tidak seperti Persada, bus di sini tidak berseragam, melainkan beragam. Semuanya kombinasi dua sampai empat warna.

Tak beberapa lama ketika kami mengecek isi bus, petugas menegur kami untuk menyudahi safari kursi bus karena sudah melewati jam kerja. Kami dihimbau untuk datang esoknya pada jam kerja.

Selanjutnya, meski sudah jam 5 lebih, bukannya pulang, kami lebih memilih mengarahkan motor ke Tiga Jala.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon


Dua hari lalu, saya menghadiri acara Konferensi Anak Cabang IPNU IPPNU Kecamatan Karangdadap. Sudah barang tentu saya mewakili ranting Kebonrowopucang.

Pembukaan Konferancab 17 PAC IPNU IPPNU Karangdadap

Rangkaian acara dimulai dengan pembukaan pada Kamis malam bertempat di SMP NU Karangdadap. Rangkaian pembukaan yang lebih mirip lomba pidato. Total, ada 7 sambutan yang disusun beruntun. Dimulai dari sambutan ketua panitia, ketua IPNU, ketua IPPNU, perwakilan PC Kabupaten Pekalongan, Perwakilan camat Karangdadap, Perwakilan Kepolisian setempat, dan diakhiri sambutan dari MWC NU Karangdadap yang sekaligus membuka acara.


Saya datang bersama Erik, Jabbar, Rosul, Rayap, Vina, Salma, Muna, dan Susti. Sebetulnya, kehadiran kami lebih karena ingin melihat dua teman kami tampil, yakni Anam Biola dan si vokalis Reni. Kami datang saat mereka mendendangkan satu lagu terakhir sebelum MC mulai mengambil alih acara. Tentu mereka tidak cuma berdua, ada dua vokalis lagi dari ranting Kaligawe, yang kalau tidak salah namanya Disa, dan satu lagi dari Kebonsari yang saya hapal wajahnya namun tidak mengenal namanya. Mereka tampil lagi setelah rangkaian pembukaan selesai.


Acara dilanjutkan esoknya. Jumat pagi, jam delapan, saya bersama Zainal, Jabbar, dan Ghoni bersiap diri kembali ke acara. Sedangkan untuk IPPNU, sudah bersiap Amrina, Salma, dan Muna, didampingi sang ketua Vina.

Padahal kami berangkat jam 8 lebih, namun belum ada tanda-tanda dimulai acara. Kalau tau begitu, mampir sarapan makan bubur ayam tentu menggiurkan. Apalagi ternyata Salma, Jabbar, dan mungkin lainnya belum sarapan. Tapi wis kadung sudah di tempat, bagaimana lagi.

Sidang Tatib Konferancab dan Sidang Komisi

Acara pertama dimulai pukul 08.30 dengan sidang tatib. Karena putra dan putri merupakan dua organisasi yang berbeda, sehingga tempatnya dipisah. IPNU menempati panggung pertama, dan IPPNU menempati ruang kelas di belakangnya. Saya dan Vina, mengobrol tak jauh dari tempat sidang bersama rekan rekanita lain.


Ini adalah konferensi kesekian yang saya ikuti selama saya ber-IPNU. Sebagai forum tertinggi sebuah organisasi, konferensi selalu layak untuk diikuti. Konferensi tak melulu soal siapa yang akan terpilih menjadi ketuanya nanti. Lebih dari itu, melalui forum inilah rekan-rekanita dari ranting-ranting bertemu, bersilaturahmi.

Setelah sidang tatib selesai, acara berlanjut ke sidang komisi. Dari kejauhan, saya melihat Ghoni mengikuti komisi A, Jabbar komisi C, dan Zainal memimpin komisi B. Untuk yang IPPNU, saya tidak begitu mengikuti. Pukul 10.45, sidang komisi selesai dan dilanjut pemaparan di panggung utama. Pemaparan selesai pukul 11.15 yang dilanjut istirahat untuk sholat Jumat. Kami berempat kemudian pulang, sedangkan yang IPPNU sidang belum selesai.

Setiap kader tampaknya memang perlu mengikuti forum semacam ini setidaknya sekali seumur hidup. Mengikuti untuk belajar. Belajar hal-hal dasar dalam berorganisasi: menungkapkan pendapat; mengapresiasi; membantah sebuah argumen; menyusun seperangkat aturan; memilih pemimpin; dan lain hal. Kira bersyukur karena di tingkat paling bawah, tahap ini ada saat Rapat Anggota di pimpinan ranting.

Siang hari yang terik setelah jumatan, saya bergegas ke acara lagi. Kali ini berganti orang. Seperti pertukaran pemain dalam sepak bola, tahap ini penting untuk penyegaran. Mengikuti acara seharian, sekalipun hanya duduk, nyatanya bisa melelahkan juga. Maka itulah Jabar diganti Rosul, Ghoni digantikan Bayu, dan saya menggantikan Zainal. Sedangkan untuk line up IPPNU, Vina dan Susti masuk menggantikan Muna dan Salma.

Sidang LPJ, Pandangan Umum, dan Pandangan Khusus

Sekira jam 13.45, sidang laporan pertanggung jawaban berlangsung. Rekan Subhan selaku ketua yang akan demisioner, bersama jajaran pengurus harian, melaporkan kinerja PAC IPNU Karangdadap selama satu periode atau dua tahun (2020-2022).

Dalam pandangan umum, beberapa ranting dipersilahkan memberikan tanggapan. Ranting Karangdadap yang diwakili ketuanya, Rekan Ardaf, mengapresisasi kepemimpinan rekan Subhan cs. Menurutnya, kepengurusan kali ini berjalan sangat baik. PAC Karangdadap menjadi jauh lebih berkembang dan maju.

Rekan Hasan dari ranting Jrebengkembang juga mengutarakan hal yang sama. Ia menambahi, semoga kepemimpinan selanjutnya dapat mencontoh kepemimpinan periode ini sehingga PAC Karangdadap bisa lebih maju lagi.

Perwakilan Pegandon yang diwakili Rekan Fauzi turut bersuara. Dalam pandangan umumnya, ia mengakui PAC sudah sangat baik. Kendati demikian, ia menanyakan dua hal. Pertama, ia menanyakan kenapa PAC memiliki kegiatan yang sebegitu banyak, padahal menurutnya, yang seharusnya terjadi adalah PAC memikirkan bagaimana agar ranting-ranting punya kegiatan. Kedua, rekan Fauzi juga mempertanyakan tentang dana forum pengurus harian yang tidak dilaporkan dalam LPJ.

Kedua pertanyaan ini langsung ditanggapi PAC. Untuk soal pertama, Rekan Eko Imaduddin mengungkapkan bahwa sebetulnya PAC bukan memiliki banyak acara, hanya saja, jarak satu acara ke acara berikutnya pendek, sehingga terkesan banyak acara. Dan untuk pertanyaan kedua, Rekan Subhan yang menjawabnya langsung. Menurutnya, forum pengurus harian adalah milik seluruh anggota forum, dalam hal ini adalah setiap ranting se-kecamatan Karangdadap. Dan posisi PAC, berada sebagai anggota sekaligus fasilitator. Sehingga menurutnya, laporan itu bukan tanggung jawab PAC. Meski demikian, ia meminta maaf tidak melampirkan hal yang dimaksud rekan Fauzi. Hal ini semoga menjadi pelajaran bagi kepengerusan setelahnya, tambahnya.

Berikutnya adalah pandangan khusus. Setiap ranting dan komisariat mengemukakan pandangan khususnya. Dari seluruh ranting dan komisariat se-kecamatan Karangdadap, semuanya menerima laporan pertanggungjawaban kepengurusan PAC IPNU Karangdadap periode 2020-2022.

Dan memang, kita layak menerima dan mengapresiasi kepemimpinan rekan Subhan dan Rekanita Soleha ini. PAC Karangdadap memiliki progres yang signifikan, sejalan dengan pernyataan PC IPNU saat pembukaan kemarin. Setidaknya, ada dua poin yang menjadi alasannya.

Pertama, jumlah kader yang meningkat. Dalam dua tahun kepemimpinan mereka, beberapa pengkaderan baik yang dihelat ranting maupun PAC sendiri berjalan sukses. Utamanya Lakmud, ini menjadi tonggak penting pengkaderan PAC Karangdadap karena beberapa kali mereka memotori kegiatan-kegiatan penting PAC.

Kedua, proker progresif. Eksistensi sebuah organisasi menjadi bagian penting karena IPNU IPPNU bersinggungan langsung masyarakat. Dua rutinan mingguan menjadi gagasan yang cerdik untuk sebuah eksistensi itu. Bukan hanya sekadar eksistensi malah, dua rutinan ini menjangkau segmennya sendiri. Rutinan Futsal yang diadakan setiap Selasa sore, menjangkau kader segmen olahraga. Sedangkan rutinan ngaji kitab setiap malam rabu menjangkau segmentasi keagamaan. Rutinan Manisan setiap Jumat Manis juga menjadi pertemuan penting karena berhasil untuk terus menjaga keterikatan antar anggota IPNU IPPNU.

Selain itu, adanya Pekan Olahraga dan Seni atau yang lebih familiar disebut dengan Porseni pada April 2022 kemarin juga menjadi kegiatan akbar yang luar biasa layak diapresiasi. Menjadi Porseni pertama, ini sepertinya akan memunculkan kegiatan serupa untuk kepengurusan setelahnya. Porseni ini menunjukkan keberhasilan PAC dalam menggerakkan kader potensial ranting di bawahnya.

Kita berharap, kontribusi mereka pada PAC IPNU IPPNU Karangdadap tidak berhenti sampai di sini. Dan apa yang telah mereka berikan, semoga menjadi amal sholeh yang tak terputus. Terimakasih Rekan Subhan dan Rekan Sholeha beserta jajarannya.


Proses Pemilihan

Setelah pemaparan LPJ, acara dilanjutkan dengan sidang tatib pemilihan. Dalam sidang ini, tidak ada satu ayat pun yang diubah—hal yang kemudian akan menjadi blunder. Hanya ada satu ayat yang dihapus, yakni ayat yang menyebutkan kesediaan untuk dicalonkan. Bersedia atau tidak, ya harus bersedia, kata Rekan Yusron dari ranting Pagumenganmas.

Sampailah kepada saat-saat yang mendebarkan: pencalonan ketua IPNU. Dalam tahap pencalonan, setiap peserta Konferancab menuliskan nama yang dikehendakinya dalam surat suara yang sudah disediakan panitia. Namun sebelum itu, kepengurusan PAC periode Subhan Cs lebih dulu menyatakan demisioner.

Satu demi satu nama peserta dipanggil dan menuliskan bakal calon. Total ada 32 peserta yang memiliki hak suara. Setelah pencalonan selesai, tibalah perhitungan suara. Rekan Sopyan dari ranting Logandeng bersama Rekan Arif Kebonsari mewakili panitia bertugas menjadi saksi.

Dalam tahap pencalonan ini, Rekan Slamet Alimin unggul dengan 20 suara. Disusul Rekan Ikromi dengan 4 suara, Irfan 2 suara, dan masing-masing 1 suara yakni Narul, Anam, Naufal, Bayu, dan Sopyan. 1 suara bertuliskan Helim Imo, dinyatakan rusak karena identitas tidak diketahui.

Mengacu pada hasil tatib pemilihan yang memutuskan calon harus memiliki setidaknya 7 suara, dengan demikian hanya rekan Slamet yang memenuhi syarat. Jika hanya ada satu calon yang sah, maka calon tersebut dinyatakan terpilih secara aklamasi atas persetujuan peserta sidang; begitu kurang lebih bunyi ayat berikutnya. Namun hal ini menjadi kendala setelah ada ayat berikutnya yang berbunyi: seorang calon dapat dinyatakan terpilih secara aklamasi apabila telah memenuhi 70% suara. Pasalnya, untuk mencapai 70% dari suara, setidaknya seorang calon memiliki 23 suara, sedangkan rekan Slamet hanya memiliki 20 suara. Pemimpin sidang akhirnya memutuskan untuk melakukan pencalonan kembali karena tidak ada yang memenuhi kriteria. Pimpinan sidang juga menjelaskan, inilah pentingnya untuk mencermati setiap hal dalam sidang karena akan mempengaruhi tahapan berikutnya.

Pencalonan ulang dilakukan. Hasilnya bisa ditebak, Rekan Slamet unggul. Kali ini ia berhasil melewati ambang batas 70% suara dengan perolehan 24 suara. Nama-nama lain seperti hanya untuk hiasan belaka: Ikromi 2 suara, Irpan 3 suara, Anam 2 suara, dan Arif 1 suara.


Setelah dilakukan kroscek, Rekan Slamet lebih dari cukup untuk memenuhi semua syarat yang diperlukan. Ia sedang berusia 22 tahun, aktif ber-IPNU lebih dari dua tahun, melebihi batas minimal pengkaderan Makesta—bahkan sudah Lakut, dan tidak terafiliasi dengan partai politik apapun. Dengan demikian, Rekan Slamet terpilih menjadi ketua mandataris Konferancab IPNU PAC Karangdadap ke-17 yang berlangsung di SMP NU Karangdadap, 28 Oktober 2022.

Acara ditutup dengan menyanyikan lagu Mars IPNU dilanjutkan musafahah.

Di tempat terpisah, Rekanita Fitriyani (Pipit) terpilih menjadi ketua PAC IPPNU Karangdadap periode 2022-2024 menggantikan Rekanita Soleha.


Ditutup dengan Maulid Nabi

Rangkaian Konferancab 17 IPNU IPPNU Karangdadap ditutup dengan pembacaan Maulid Nabi dan pengajian dari KH Ahmad Syafiq.


Ranting Kebonrowopucang hadir ke sana setelah takziyah ke salah seorang warga. Mereka adalah Erik, Zilin, Rosul, Doni, Jabbar, Vina, Amrina, Salma, Muna, Susti, Silfi, Amel, Owik, dan Ani. Datang pukul 21.00, pengunjung masih sepi, utamanya yang putra. Bahkan rombongan kami ternyata menjadi pengunjung pertama.

Pembacaan Maulid diisi oleh JMSD Kecamatan Karangdadap. JMSD sendiri merupakan satu lembaga di bawah naungan IPNU PAC Karangdadap. Rutinan JMSD dilakukan sebulan sekali setiap Malam Sabtu setelah Jumat Kliwon. Malam itu sebenarnya panitia turut mengundang Habib Idrus selaku pengasuhnya, namun beliau berhalangan hadir. Sebagai penutupnya, KH Ahmad Syafiq memberikan mauidhoh hasanah.



Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Saya sudah bekerja lagi. Karena ini pekerjaan satu-satunya yang saya bisa, ya saya harus menjalaninya meski bagaimanapun. Sekalipun saya tidak terlalu mencintainya.

Sudah sangat lama saya punya pikiran untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Pekerjaan yang lebih bisa saya kendalikan semacam menulis. Tetapi menemukan pekerjaan yang semacam itu sangat butuh waktu. Sebuah keahlian tertentu tidak bisa diraih hanya dengan satu dua bulan belajar. Perlu bertahun-tahun. Bahkan mungkin hanya untuk sekadar menguasai dasarnya dulu.

Jadi selama dua minggu ini, pikiran saya ngawang sekali. Bingung mau menyentuh apa. Sejauh ini yang saya sentuh lagi dan lagi adalah gawai. Bercakap dengan kenalan baru di ige lalu selesai.

Pada akhirnya saya menemukan kebosanan lagi. Saya bosan dengan rutinitas yang begitu monoton, konsisten lagi. Sebagai manusia, saya senantiasa menginginakan pengalaman yang baru, menantang, dan seru. Bukan bertemu lagi dengan kebosanan demi kebosanan.

Pekerjaan saya sekarang sudah tidak bisa dipegang lagi. Saya butuh plan lain. Saya masih meragukan menulis untuk dijadikan sebagai sebuah profesi. Rasanya sulit. Untuk konsisten menulis di blog selama dua kali seminggu saja tertatih-tatih. Bagaimana kalau sudah bersinggungan dengan deadline.

Intinya detik ini saya bingung mau melakukan apa. Sebenarnya saya menulis semacam ini juga sangat bosan. Karena saya sudah melakukannya beratus-ratus kali. Tapi karena tidak ada pilihan, ya saya menulis saja seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Saya menulis saja semua tulisan ini tanpa banyak pikir. Semakin mikir semakin tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Kemarin saya sedang mencoba menjebak diri sendiri untuk berada dalam situasi produktif. Saya ingin membaca lagi, karenanya saya kemudian membeli satu novel di Shopee. Saya juga berpikir untuk membeli sepatu agar saya merasa punya tanggung jawab untuk lari pagi. Tapi saya masih tunda keinginan itu setelah saya mengecek dompet dan mendapati bahwa uang saya hanya tersisa sekian ribu. Saya belum dapat pemasukan paten lagi setelah pekerjaan juga tersendat.

Ya begitulah. Akhirnya beginilah yang terjadi. Saya tidak tahu bagaimana semesta bekerja. Saya dengan kepribadian saya semacam ini entah akan jadi apa. Juga orang lain. Orang yang tidak punya pilihan memang patutnya berjalan apa adanya. Tidak neko dan kudu nrimo. Kalau tidak, ya buka jalan lain sebisanya. Kalau tidak bisa juga tidak mengapa.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Tidak seperti orang-orang, saya menjalani hidup lumayan santai. Saya kerja jika ada saja. Kalau pas sepi, ya tidak. Selama ini, situasinya rada sepi. Jadi saya sering di rumah. Kalaupun kerja, ya hanya seharian saja. Tidak seperti yang lain sampai lembur larut malam. Karena itulah saya punya waktu yang lumayan luang setiap malam.

Kalau pas produktif, waktu luang bisa saya gunakan untuk banyak hal positif. Kalau tidak membaca ya menulis. Sesekali cari tutorial menarik di youtube.

Kalau pas tidak, seperti yang beberapa hari terakhir ini saya jalani, saya hanya scroll media sosial tidak jelas. Buka ige, buka twitter, buka quora. Membuka itu semua bukan karena sengaja ingin melihat atau membaca, semata-mata tangan ini sudah semi otomatis saking terbiasanya. Kemaruknya, kebiasaan itu bukan terjadi untuk beberapa menit, melainkan hitungannya jam. Terasanya sebentar, padahal sudah berjam-jam.

Itu kebiasaan buruknya. Dan seperti yang kita tahu, segala sesuatu tidak berdiri sendiri. Ada sebab akibat. Satu peristiwa mempengaruhi peristiwa lainnya. Dan kebiasaan buruk, mengundang kebiasaan buruk lainnya sebagai satu akibat.

Sebab terlalu lama bersosial media, jam tidur jadi kacau. Saya tidur selalu di atas jam dua belas malam. Syukurnya, saya selalu tidur nyenyak. Terlalu nyenyak sehingga selalu kembali tidur setelah bangun sholat subuh, dan bangun kembali di atas jam 7 lebih.

Saya selalu berpikir kebiasaan positif apa yang bisa saya lakukan selain menulis dan membaca. Sebab, jika tanpa dua hal itu, saya seperti belum melakukan sesuatu yang positif. Ada, sih, olahraga. Tapi ini juga kebiasaan buruk saya, selalu merasa terlambat untuk olahraga.

Terlalu banyak main hape, tidur larut malam, bangun kesiangan, hingga tidak pernah olahraga. Jika begitu siklusnya, kira-kira permasalahan awalnya di mana? Atau, apakah kebiasan buruk bisa menjadi baik ketika dibaik-baiki?


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


2023 resesi. Memangnya kenapa kalau resesi? Daripada berpikir resesi, saya lebih mikir untuk berpikir bagaimana bisa kaya dan sukses versi saya. Entah kenapa, rasanya aneh saja saya ini. Bagaimana tidak aneh, kok saya seperti menjalani kehidupan yang begini-begini saja dari dulu.

Memangnya harus bagaimana? Ya tidak harus bagaimana-bagaimana juga. Maksud saya, ya setidaknya saya punya keahlian yang mendatangkan uang, gitu lho.

Bayangan di kepala ini saya punya kerja, kerjanya enak, dan saya dapat uang banyak. Seperti yang saya lihat dalam diri teman-teman saya. Sementara saya, manusia medioker yang kerjanya hanya itu, yang kalau sepi tidak kerja, seperti tidak punya asa untuk bisa lebih lagi. Menulis? Apa itu menulis. Di mana menghasilkannya. Sekalipun menulis adalah kerjaan saya setiap hari.

Ya, saya terkadang merasa insecure sekalipun saya yakin kelak saya akan kaya. Pertanyaan berikutnya adalah apa yang bisa saya lakukan untuk mengikis rasa insecure ini. Atau begini, apa yang bisa saya lakukan sekarang.

Tidak tahu. Saya tidak tahu apa yang bisa saya perbuat. Sudah sejak lama saya berpikir untuk melakukan apa. Tapi selalu nol, tidak ada yang bisa saya lakukan apa-apa. Yang bisa saya lakukan selama hadir rasa ini hanyalah menuliskannya. Hanya itu. Menulis.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Umur siapa yang tahu.

Kemarin, kabar mengejutkan saya terima dari postingan sw beberapa teman. Isinya kabar duka kawan kami yang meninggal dunia. Namanya Arin Aprilia. Sosok yang saya kenal suka petualang ini kabarnya memang sudah sakit setahun lebih.

Saya mengenal Arin dari organisasi IPNU IPPNU di PAC Karangdadap. Sebagian teman saya juga mengenalnya karena dulu satu sekolahan. Umurnya mungkin di bawah saya setahun (22). Belakangan ia aktif dalam KPP PAC Karangdadap.

Kabar duka ini tentu saja mengejutkan kami. Tidak ada yang menyangka umurnya akan sesingkat ini. Yang lebih merasakan kesedihan selain keluarganya tentu kawan-kawan dekatnya. Diantaranya yang saya kenal adalah Ella. Dari postingan sw, ia menunjukkan screensootan percakapan dengan Arin beberapa hari yang lalu. Katanya juga, hari itu memang Ella sudah berencana main ke rumahnya.

Begitulah, kematian bisa datang kapan saja. Kabar ini tentu mengingatkan saya kembali kepada Liza, tetangga saya yang seminggu lalu juga pulang ke haribaan-Nya. Masih segar betul dalam ingatan ini tentang kisah itu. Kisah yang sama mengejutkannya. Kisah yang sama menyedihkannya.

Liza bersama tiga kawannya mewakili kampus menghadiri acara sebuah organisasi di Jogja. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di Temanggung, motor yang ditumpanginya terjatuh dan kemudian tertabrak kawan di belakangnya. Liza kemudian di bawa ke RSUD Temanggung.

Pihak kampus baru mengabari keluarga malamnya--satu kekeliruan yang sangat fatal. Pihak keluarga lantas menyusul. Di rumah, rasa kekhawatiran dirasakan oleh adik-adik dan kerabatnya. Mereka berharap kakaknya baik-baik saja.

Jam 03.30, kabar duka itu tersiar. Lewat saluran telepon, Bapaknya mengabari rumah. Kabar yang membuat siapapun tak kuasa menahan air mata mendengarnya. “Liza sudah tiada.”

Liza yang saya kenal adalah pribadi yang sangat baik dan rajin, sekaligus anak yang begitu patuh. Setiap pagi, ia akan ke sungai menyuci pakaian kaluarganya. Juga mengerjakan setiap detail pekerjaan rumah.

Kadangkala, ketika sedang ada tugas kampus, ia mengontak saya untuk meminjam laptop dan sebentar kemudian ia sudah berada di depan rumah, mengucap salam, dan berucap, “meh ngampil laptop, mas.”

Semua orang kehilangannya. Bapaknya. Kakaknya. Dua adiknya. Pacarnya. Dan semuanya. Saat pemakaman, kesedihan di wajah peziarah tak bisa disembunyikan. Mereka adalah sahabat-sahabatnya, teman satu angkatan, teman kampus, dan termasuk yang paling terpukul, kawannya yang terlibat dalam kecelakaan itu.

Arin dan Liza, dua-duanya usianya di bawah saya. Tuhan sudah merindukan mereka untuk segera berpulang. Saya bersaksi, mereka berdua orang baik. Tidak ada yang bisa saya kasih kepada mereka selain panjatan doa.

Selamat jalan, Arin dan Liza.

Al-fatihah….

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon


Musim hujan telah tiba. Salah satu barang yang penting untuk dipersiapkan adalah mantel atau jas hujan.

Keluarga saya punya dua jas hujan. Jas hujan kelelawar dan jas hujan yang untuk satu orang. Sekitar lima bulan yang lalu, saya kehilangan jas hujan pribadi. Entah hilang, entah tertinggal, atau entah kesingsal di mana. Yang saya ingat, terakhir kali saya memasukannya di kantong plastik hitam setelah bebersih rumah. Dari semua kantong plastik hitam yang saya selidiki, tak satu pun saya menemukan benda itu. Yang kemudian membuat saya menyangka, mungkin memang tidak di rumah, pasti tertinggal di rumah seseorang karena saya lupa.

Oke memang hilang. Itu kesimpulan final atas kasus hilangnya benda satu ini. Beberapa kali purnama lewat, setiap kali ada hujan datang, karena saya kerjanya agak jauh, maka saya memakai mantel kelelawar. Adik saya lebih suka hujan-hujanan, sehingga selalu malas bawa jas hujan.

Hingga tibalah kita di bulan Oktober. Menurut BMKG, hujan berpotensi turun nyaris setiap hari dengan intensitas ringan, sedang, sampai deras. Beberapa hari kemarin memang itulah yang terjadi. Dalam beberapa hari itu pula, ndilalah saya tidak bawa jas hujan. Untungnya, hujan jarang terjadi dalam jam-jam berangkat dan pulang kerja. Kalau tidak salah hanya sekali-dua terjadi hujan deras sewaktu pulang, sekali saya hujan-hujanan, dan sekali dipinjami mantel bos saya.

BMKG kembali merilis berita, hujan dengan intensitas sedang sampai lebat akan terjadi dari tanggal 8 sampai 15 Oktober 2022. Karena keterbatasan jas hujan, sempat terlintas dalam benak saya untuk membeli jas hujan dengan jenis yang sama seperti yang sudah hilang. Tapi itu selalu tidak terjadi. Saya sudah kehilangan selera untuk buka-buka marketplace sejauh ini. Yasudah, seperti sebelum-sebelumnya, saya yang akan bawa mantel kelelawar sementara adik saya tidak.

Hingga tibalah saya di sebuah pagi yang mendung. Sehabis bangun tidur dan beranjak ke kamar mandi, saya terkejut dengan penampakan sesosok benda berwarna hijau di atas motor. Yang sesaat kemudian saya sadari bahwa itulah jas hujan yang hilang selama ini. Ngumpet di mana dia? Habis dari mana dia? Kenapa tiba-tiba nongol begitu saja seperti tidak punya dosa?

Barulah saya ketahui dari bapak, jas itu tidak sengaja ditemukannya saat mencari karung di belakang. Seperti yang pernah saya ingat, memang betul mantel itu berada dalam kresek hitam.

Karena sudah ketemu, saya jadi membawa lagi mantel itu untuk jaga-jaga ketika hujan tanpa diduga tiba. Saya menaruhnya di jepitan leher motor. Dan mantel satunya, mantel kelelawar, bisa digunakan untuk yang lain.

Di luar itu semua, saya punya satu kesimpulan yang menarik atas ditemukannya jas hujan setelah selama 5 bulanan hilang tanpa kabar. Lebih-lebih penemuannya tepat saat musim hujan tiba. Kesimpulannya kurang lebih begini: pada akhirnya, ketika butuh, pasti ada.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Saya merasa dilematis. Setiap malam saya punya waktu luang. Di satu sisi saya bisa mengisinya sesuai keinginan saya, entah menulis, entah membaca, dan lebih seringnya malah habis untuk sekrol-sekrol media. Di sisi yang lain, pada saat bersamaan, teman-teman saya sedang beraktifitas kerja seperti biasa, mencari pundi-pundi uang.

Hal itu yang sering membuat saya kembali melihat usia: dua puluh tiga. Saya sudah dua puluh tiga. Apakah pantas seorang anak muda potensional melawati malam-malamnya hanya dengan sekrol media?

Fakta bahwa saya selalu punya waktu luang setiap malam. Kalau soal setiap malam hanya sekrol-sekrol sosial media, ya, dengan berat hati saya mengakui bahwa itu juga fakta. Tapi yang perlu diketahui pula, secara kesadaran, sebetulnya saya juga tidak nyaman dengan apa yang saya lakukan selama ini. Memangnya saya senang setiap malam melakukan rutinitas yang sama? Sama sekali tidak.

Kesadaran inilah yang saya bedah sekarang. Jauh sebelum habit buruk ini tercipta, saya pernah melewati malam-malam dengan penuh purnama. Penuh purnama karena aktifitas yang saya jalani waktu itu selalu mencerahkan. Pernah pada masanya saya keranjingan membaca. Ada suatu waktu juga saya fokus sekali menulis. Rajin sekali.

Purnama itu kini hilang. Saya tidak lagi membaca, barangkali karena saya sudah tidak lagi membeli buku. Saya kehabisan bacaan. Semua buku yang saya punya sudah saya baca. Untuk meminjam buku pun, rasanya sulit. Saya agak berjarak dengan perpustakaan. Ditambah, saya tidak punya teman sesama pecinta buku. Dan menulis, hanya karena saya merasa tulisan saya selalu tidak lebih baik dari sebelumnya, saya jadi menurunkan intensitas untuk menulis. Hingga kebablasan.

Okelah memang saya punya waktu luang setiap malam. Toh memang pekerjaan saya sedang tidak seramai dulu. Tapi apa yang bisa saya lakukan di setiap malam itulah hal yang bisa saya usahakan. Jika memang malam-malam saya tidak bisa menambah pundi-pundi uang, setidaknya malam-malam saya bisa cerah berseri dengan memaksimalkan potensi diri.

Saya sudah dua puluh tiga. Sudah waktunya menciptakan purnama demi purnama yang mencerahkan jiwa.

Ejiyad sok banget aku iki….

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ▼  2022 (46)
    • ▼  Nov 2022 (7)
      • Pak Jokowi dan Rambut Putih
      • Cara Menambah Berat Badan + Kegagalan Pengalaman y...
      • Monolog Diri (2)
      • Argentina Menang dan Hitung-hitungan Lolos ke Baba...
      • Jagoan Saya di Piala Dunia 2022 sih Argentina!
      • Survey Bus Persada dan Muda Perkasa
      • Menghadiri Konferancab IPNU IPPNU Karangdadap ke-17
    • ►  Okt 2022 (7)
      • Monolog Diri (1)
      • Kebiasaan Buruk
      • 2023 Resesi
      • Kabar Duka
      • Jas Hujan
      • Malam-Malam Dilematis
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ►  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ►  Nov 2020 (2)
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ►  2018 (57)
    • ►  Okt 2018 (7)
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ►  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ►  Okt 2017 (10)
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ►  Agu 2017 (8)
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates